Rabu, 12 Desember 2012

Menghayati Keikhlasan

Sebagaimana manusia lainnya, kadang terasakan sulit sekali untuk menjadi seseorang yang ikhlas. Pada saat ada pengamen misalnya (meskipun terkadang pengamennya menyebalkan), atau ada pengemis yang meminta kepada saya, biasanya ada rasa ketidak ikhlasan untuk memberikan (sedekah) sedikit uang receh pada mereka.

Alasannya, males mengeluarkan uang lah, tidak punya uang lah dan alasan-alasan lain yang bisa dijadikan tameng penutup ketidak ikhlasan untuk memberi kepada mereka. Namun, dibalik sifat manusia (terutama saya sendiri) dengan ketidak ikhlasan untuk memberi, ternyata seluruh manusia didunia ini diberi kemampuan untuk benar-benar ikhlas dan menghayati keikhlasannya tersebut.

Apa kah keikhlasan yang dimiliki setiap insan manusia itu? SAAT b*Ker, iya sih memang sepertinya tidak seharusnya dibahas. Tetapi memang diakui atau tidak ketika seorang manusia menjalani rutinitas yang dinamakan b*Ker, tak ada seorang manusiapun yang tidak ikhlas menjalaninya.

Keikhlasan terpancar dari para manusia (jomblo maupun non jomblo) yang menjalaninya, bahkan tak sedikit menghayati keihklasannya saat itu sambil merenung ditemani kepulan asap rokok yang menjadikannya bertambah lama dan bertambah ikhlas menjalaninya.

Kebahagiaan pun akan terpancar ketika mereka selesai dengan kegiatan b*Ker yang dijalani, tak ada rasa penyesalan sedikitpun telah mengeluarkan sebagian isi perut mereka. Manusia malah akan merasa sakit jiwa raganya jika sebagian isi dari perutnya tidak bisa dikeluarkan padahal seharusnya dikeluarkan (disedekahkan).

Dari studi kasus diatas, bahwa keihklasan sebenarnya adalah suatu fitrah manusia yang sering tertutupi rasa ketamakan yang sudah memenuhi hati para manusia yang sulit ikhlas. Padahal sebenarnya, ikhlas (salah satunya dengan memberikan sedekah) adalah suatu kebutuhan sebagaimana manusia membutuhkan b*Ker agar harta yang dimilikinya terbebas dari kotoran ataupun hak orang lain.

Dan, ketika keihklasan itu sudah dikerjakan, kesumringahan hidup pun akan didapatkan sebagaimana sumringahnya orang yang sudah selesai melaksanakan kegiatan b*ker.


#mudah dalam retorika, tetapi sulit dalam pelaksaan.

Toeban Kota 13.12.2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar